Ajari Anak Terima Kekalahan
Ajari Anak Terima Kekalahan, simak info ini yah Bun :)
Tidak ada Bunda yang ingin anaknya menjadi orang yang kalah, misalnya
tidak memiliki kemampuan apa-apa, makan siang sendirian, atau bahkan
terkucil dari teman-temannya. Namun, belajar untuk kalah secara harfiah,
menerima kekalahan, dan kemudian bangkit kembali adalah kunci penting
kebahagiaan.
Untuk anak yang lebih kecil: Berilah contoh
berulang kali untuk menerima kekalahan dengan baik. Katakan, “Aduh,
Bunda kalah lagi, deh. Tapi senang, ya. Main lagi, yuk!” Boleh saja
membiarkan anak usia prasekolah untuk sering menang, tetapi perlahan ia
harus belajar untuk kalah, jelas Erika Rich, Ph.D., seorang psikolog
anak dari Los Angeles yang membentuk kelompok keahlian sosial untuk
anak-anak.
Ketika Anda menang,
katakan padanya, “Kali ini Bunda yang menang, tapi tadi kamu hebat,
kok.” Jika si kecil merajuk, jelaskan padanya bahwa tidak ada orang yang
ingin kalah, tetapi kekalahan adalah bagian dari permainan. Orang yang
benar-benar kalah adalah orang yang tidak berusaha bermain dengan baik.
“Sejak usia lima tahun, ia tidak boleh memenangkan setiap permainan, dan
harus mulai mengalami kekalahan, walaupun akibatnya ia akan mengamuk,”
kata Rich.
Untuk anak yang lebih besar: Sejak berusia 8 tahun,
kata Rich, kebanyakan anak cenderung bisa menerima kekalahan dengan
tenang. Sebelumnya, mereka merajuk ketika kalah karena terlalu fokus
pada hasil akhir sebuah proses (dipilih untuk masuk sebuah tim, mencetak
angka paling banyak) sehingga hal-hal menyenangkan yang terjadi dalam
prosesnya luput dari perhatian mereka, kata Pam Schiller, Ph.D.,
pengarang buku “Seven Skills for School Success”.
Kuncinya,
alihkan perhatian si kecil dari hadiah. Misalnya, jika ia kalah dalam
pertandingan bola, katakan: ”Nggak apa-apa kok, kamu tidak menang”,
“Gimana tadi pertandingannya?”, “Kamu senang nggak bermain dengan
teman-teman?”, “Senang ya, disemangati teman-teman?”, dan sebagainya.
sumber : Parenting Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar